Iklan

FeaturedKolomOpini

Serah Terima Jabatan Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Wuna: Tahun Baru Harapan Baru

Rochmady
Sabtu, 06 Februari 2016, 15.28 WIB
Last Updated 2022-04-21T23:30:54Z WIB
Advertisement
Foto by Bagian Umum STIP Wuna Raha

"Yang lama berakhir, yang baru terlahir. Karenanya tidak ada luka yang ditimbulkan".

Begitulah kurang lebih yang ditulis I Ching. Ilham itu diperolehnya sepulang dari Singosari dalam turnya mendalami Budhisme. Dalam konteks sejarah, segala sesuatunya senantiasa silih berganti, datang dan pergi. Ada yang lahir, ada yang berakhir. Inilah keniscayaan zaman. Penggalan kalimat itu pulalah yang dikutip Fritjof Capra dalam bukunya The Turning Point (Titik Balik Peradaban). Oleh Capra, uraian I Ching itu kemudian dikembangkan menjadi satu visi baru dalam melihat realitas.

***
Dengan titik tolak pandangan itu dapat kita pahami bahwa tiap-tiap yang dilahirkan pada akhirnya akan berakhir. Dengan berbagai kesulitan sekalipun apa yang mesti lahir pasti akan lahir. Walau kelahiran itu mengakibatkan kesakitan-kesakitan bahkan penderitaan-penderitaan.

Uraian singkat ini tidaklah dimaksudkan membedah polemik kelahiran pimpinan baru di kampus STIP Wuna Raha, melainkan semata-mata pengantar dalam membuka cakrawala berpikir, menjernihkan perasaan, pikiran dan hati yang keruh dari pergantian kepemimpinan beberapa waktu lalu (Oktober 2015).

Sekedar mengingatkan, bahwa setiap yang lahir senantiasa berada dalam konteks ruang dan waktu, karenanya setiap kelahiran senantiasa membawa kegembiraan dan sekaligus kesedihan bahkan derita pada beberapa pihak.

Setelah kurang lebih 7 bulan berada dalam kandungan Senat STIP Wuna Raha dan Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Wuna, terhitung sejak tanggal 06 Mei 2015 lalu dan pada tanggal 06 Januari 2016 Ketua STIP Wuna Raha RESMI dilahirkan.

Ah.. Tidak usahlah kita berpolemik soal absah tidaknya kelahiran Ketua STIP Wuna Raha itu. Yang lebih penting daripada itu adalah berkarya, berkreasi dengan sebaik-baiknya. Bukankah setiap keraguan, kekecewaan bahkan derita jauh lebih baik diobati.  Marilah kita mengisi polemik ini dengan kerja nyata dan karya.

Sudahkah kita siap menghadapi gelombang MEA yang sudah menghantam ini?

Rochmady
Salah satu Dosen pada STIP Wuna Raha