Iklan

BudayaCultureFeaturedInspirasiSosial

Ewa Wuna Masih Ada

kumebano
Sabtu, 06 Februari 2016, 22.27 WIB
Last Updated 2022-04-21T23:19:02Z WIB
Advertisement


 

SangiaNews.  Setiap suku daerah-daerah di Indonesia memiliki keunikan seni hingga budaya masing-masing. Dengan itu bangsa ini begitu kaya. Dari sisi bahasa, adat, hingga seni bela diri, kita sungguh kaya.

Seni beladiri silat Muna atau lebih dikenal Ewa Wuna yang berasal dari Kabupaten Muna yang diturunkan dari generasi ke generasi merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya daerah di Indonesia yang tidak hanya memiliki nilai-nilai historis tapi juga terkandung spirit, kearifan bahkan sikap hidup.


Konon, Ewa Wuna dikembangkan oleh Baginda Lakilaponto (Raja Muna sekaligus Sultan Butun Pertama). Dialah yang menyebarkan ilmu dan seni beladiri ini hingga ke luar negeri seperti China. Dikisahkan, Raja Lakilaponto menyebarkan seni beladiri "Tinda Lalo" (Kejernihan Hati) yang merupakan dasar dari ilmu silat Muna. Bahkan dengan keberanian dan keperkasaannya, beliau menyebarkan dan mengajarkan seni bela diri miliknya ke seantero Asia.

Teknik dasar seni beladiri kung fu mengedepankan prinsip ketenangan bathin dan sikap hidup mengalir..
 
Diyakini kung fu China yang masyhur itu merupakan ajaran seni beladiri Tinda Lalo. Ketika berada di biksu-biksu Wihara, Tinda Lalo merupakan sikap hidup. Berada di tangan Ip Man, Tinda Lalo berubah menjadi seni beladiri mumpuni. Di Muna sendiri, Tinda Lalo bahkan mengilhami lahirnya berbagai bentuk seni beladiri yang salah satunya adalah Ewa Wuna.

Sebagai arsitektur seni beladiri Tinda Lalo, Baginda Lakilaponto memang dikenal sebagai Raja Pemberani. Beliau berhasil membunuh La Bolontio yang dikenal sebagai perusuh dan pembajak ketika itu. Beliau juga berhasil menggagalkan pembentukan Kerajaan Laiwoi di Mekongga oleh Belanda. Dalam pertempuran 8 hari yang melegenda itu (pertempuran halu oleo) beliau berhasil mengukir namanya di nusantara.

Kini seni beladiri Ewa Wuna masih terpelihara dan senantiasa dipentaskan pada acara adat seperti acara Aqiqah maupun pernikahan. Andai saja Ewa Wuna dikemas dengan sentuhan pembangunan, spirit bahkan sikap hidup semacam ini bisa menjadi sumber bahkan semangat juang pembangunan daerah.

Wallahu alam bisawab [SRM]